Thursday, 10 June 2010

Makanan Kaleng Diduga Banyak Terpapar BPA

Makanan Kaleng Diduga Banyak Terpapar BPA

Merry Wahyuningsih - detikHealth

img
Ilustrasi (Foto: getty image)
New York, Senyawa kimia BPA (Bisphenol-A) adalah zat kimia yang berbahaya bagi sistem reproduksi, saraf, daya tahan tubuh dan menyebabkan kanker. Baru-baru ini peneliti menemukan paparan BPA pada makanan kaleng diduga lebih banyak daripada botol plastik.

Selama ini, BPA diketahui banyak terdapat di botol plastik. Studi terbaru menemukan bahwa ternyata paparan BPA diduga lebih banyak pada makanan yang dikemas dalam kaleng, seperti sarden, minuman kaleng, susu formula, cornet, buah kaleng, dan lainnya, ketimbang makanan yang dikemas dengan botol plastik.

"Paparan BPA makanan kaleng jauh lebih luas daripada botol plastik," ujar Shanna Swan, seorang profesor dan peneliti di University of Rochester di New York, seperti dilansir dari Foxnews, Kamis (10/6/2010).

BPA merupakan senyawa kunci lapisan resin epoksi (epoxy resin) yang menjaga makanan tetap segar dan mencegah makanan tersebut berinteraksi dengan logam dan perubahan rasa.

Seperti dikutip dari Reuters, dari beberapa studi, BPA tidak hanya dikaitkan dengan kanker, tetapi juga obesitas, diabetes, penyakit jantung, kerusakan saraf, impotensi bahkan hingga kematian.

Pada makanan kaleng, lapisan tipis resin epoksi berada di antara makanan dan kaleng, yang membantu menjaganya tidak saling berinteraksi dan mencegah proses karat.

Resin ini disemprotkan ke dalam kaleng dan dapat mengering seketika. Ribuan perusahaan minuman besar internasional diduga menggunakannya untuk melapisi kemasan kaleng produksi mereka.

Tanpa lapisan resin ini, makanan yang dikemas akan lebih cepat hancur. Kaleng yang kurang senyawa kimia ini pun akan meledak di rak-rak toko bila kaleng tersebut bereaksi dengan logam.

Pertama kali disintesis pada tahun 1891, BPA adalah pengeras komersial, yang banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari perahu plastik hingga alat penghitung uang.

Sebagai senyawa penting dalam lapisan resin epoksi, BPA bertindak sebagai bagian dari dasar polimer kompleks, dan pertama kali digunakan pada tahun 1940 dalam makanan kaleng.

Yang lebih mengkhawatirkan, menurut Prof Swan, paparan BPA diduga paling banyak ditemukan pada kemasan kaleng susu formula, baik susu formula untuk balita maupun ibu hamil.

Hugh Taylor, seorang profesor dan peneliti di Universitas Yale yang membantu memimpin penelitian tentang BPA mengatakan, bahan kimia ini mengubah cara merespons gen estrogen dan membuka peluang bayi di dalam rahim terkena kanker di kemudian hari.

"Saya mengatakan pada pasien hamil saya untuk menghindari produk yang mengandung senyawa berbahaya ini. Bahkan paparan singkat pada kehamilan dapat menyebabkan kerusakan permanen," ujar Hugh Taylor yang juga merupakan seorang ginekolog.

Karena BPA telah dianggap aman sejak lama untuk kemasan kaleng, hanya sedikit penelitian yang dilakukan untuk dapat menemukan pengganti senyawa yang ternyata berbahaya ini.

"Saat ini, tidak ada resin epoksi jenis lain yang dapat memberikan tingkat keamanan pangan, stabilitas durasi, dan efektivitas biaya untuk mempertahankan daya simpan buah dan sayuran dalam kaleng," ujar Steve Russell, kepala divisi plastik untuk American Chemistry Council, sebuah grup perdagangan industri.

Namun, hal ini tidak terjadi pada botol plastik. Dalam industri, penggantian BPA dalam botol plastik jauh lebih mudah. Alternatif untuk plastik dengan BPA, seperti polietilen yang paling sering digunakan untuk membuat tas belanja, dan polypropylene, yang membuat botol air segar.

No comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Search box

About Author

Footer